JANJI DAN NAZAR

JANJI DAN NAZAR


“Beta pi Gereja ko mau bawa Nazar, Karna Beta mau ujian,

“Beta pi Gereja ko mau bawa Nazar, karena Beta ada ikut test polisi/tentara dll,

“Beta punya HP hilang dan sonde tau sapa yang ame? Jadi Beta pi Gereja ko ber-Nazar supaya orang yang ame tangan luka supaya cepat mati.”

 

Nazar menjadi tradisi yang sering dilakukan apabila manusia menginginkan atau berharap sesuatu yang baik terjadi. Dalam konteks sekarang, bernazar bukan saja berharap untuk kebaikan namun berharap untuk mencelakakan. Saya menuliskan hal tersebut, sebab dalam lingkuhan kehidupan saya sering mengalami hal tersebut. Mereka akan ke Gereja dan bernazar apabila mereka menginginkan kebaikan terjadi, entah itu kebaikan bagi diri sendiri atau keburukan bagi sesama manusia. Mari kita Lihat arti kata Nazar menurut Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Dalam KBBI, Kata Nazar nazar/na·zar/ n janji (pada diri sendiri) hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai; kaul: ia mempunyai--, kalau anaknya lulus, ia akan mengadakan selamatan; bernazar/ber·na·zar/ v berjanji akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai; mengucapkan nazar; mempunyai kaul: ia~, kalau anaknya sembuh, hendak bersedekah; menazarkan/me·na·zar·kan/ v menjanjikan (dengan nazar); menjadikan nazar.[1]

KBBI menjelaskan bahwa kata Nazar adalah sebuah Janji (pada diri sendiri) hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Oleh sebab itu Pengertian Kata Nazar yang mesti digunakan dalam kehidupan sehari-hari ialah Berjanji (pada diri sendiri) untuk berbuat sesuatu jika apa yang kita Nazarkan tercapai. Berikut kita lihat pengertian Nazar menurut Alkitab.

1.      Karena hendak melaksanakan sebuah tindakan (Kejadian 28: 20), sebagai sebuah tekad pengabdian kepada Tuhan.

2.      Menjauhkan diri dari suatu tindakan yang tercela (Mazmur 132: 2), karena ingin mendapat belas kasih Tuhan.

3.      Sebagai wujud kegairahan penyerahan diri kepada Tuhan (Mazmur 22: 25).
Intinya, nazar adalah sebuah janji yang harus ditepati. Apalagi janji ini bukan bersifat horizontal, yaitu janji kepada sesama manusia, melainkan bersifat vertikal, yakni janji kepada Allah. Nazar itu bersifat sakral, bahkan sama kudusnya dengan sumpah (Ulangan 23: 21-23). Jadi nazar itu adalah janji yang sangat serius dan harus dipenuhi, tidak boleh dibatalkan dengan atau oleh alasan apa pun.

Memenuhi nazar merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang telah bernazar (Ayub 22:27). Namun, perlu diketahui bahwa apa yang telah menjadi hak Tuhan: anak sulung, persembahan atau apa yang menjadi kekejian bagi Tuhan, tidak boleh dinazarkan (Imamat 27:26). Bernazar atau tidak bernazar, bukan dosa. Nazar tidak menambah atau mengurangi nilai Iman seseorang. Yang justru menjadi masalah adalah, apabila seseorang telah bernazar kepada Tuhan namun tidak memenuhinya. Jadi setiap umat dituntut berhati-hati jika hendak bernazar. Dalam Pengkhotbah 5:4 dikatakan, Jauh lebih baik Anda tidak bernazar karena itu bukan dosa, daripada Anda bernazar namun tidak memenuhinya, karena itu mengakibatkan dosa.

Beberapa hari yang lalu, saya dan enam orang teman-teman saya berbicara tentang nazar. Inti dari percakapan kami ialah Konsep Nazar. Inti dari percakapan kami Bernazar itu adalah berjanji dalam artian “ketika Kita bernazar itu berarti kita berjanji dengan Tuhan.” Seorang Teman saya bernama Kesya bercerita bahwa Ia pernah mengikuti lomba menyanyi dan Ia Menazarkan diri kepada Tuhan. Jika ia menang dari lomba tersebut, maka ia akan memberikan dirinya untuk Melayani Tuhan. Tidak hanya Kesya, namun Teman saya bernama Kaka Mone (Onys Penu) bercerita bahwa Konsep nazar yang seringkali ia temui adalah bernazar saat akan melakukan ujian dll. Namun yang menjadi pertanyaan Bagi Kesya adalah jika bernazar adalah berjanji maka jika bernazar saat ujian berarti berjanji kepada Tuhan untuk tidak menyontek?

Oleh sebab itu saya menyimpulkan bahwa bernazar adalah cara mengungkapkan kelemahan manusia sebagai orang berdosa yang memerlukan Allah dalam hidup. Dengan bernazar kita mampu mengenal Allah sebagai Sumber Berkat. Bernazar bukan berarti negosiasi antara manusia dan Allah, namun bernazar adalah bagian keterbatasan manusia untuk mendekatkan diri dengan Allah.

Yang terpenting adalah Jangan pernah bernazar jika tidak mampu memenuhi/menepati janji tersebut. Sebab, Allah mampu memberi berkat kepada manusia tetapi kembali pada pribadi setiap manusia. Apakah mampu berjanji dengan Allah?

 

 

 

Jangan Bernazar, jika tidak mampu menepati.

Jangan berjanji jika tak mampu menepatinya.



[1] https://kbbi.web.id/nazar



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA KUAT SEPERTI MAUT: Sebuah Refleksi dari Kitab Kidung Agung dan Relevansinya bagi Kaum Muda yang Gagal Move On

PEMERINTAH ADALAH HAMBA ALLAH UNTUK KEBAIKAN

IMAN SEBAGAI LANDASAN MENTAL YANG KUAT: Sebuah Refleksi Kisah Hidup Ayub dan Relevansinya terhadap Kehidupan Mental Orang Muda Masa Kini