TEMANMU SEIMAN - FILEMON 1:8-22

 

“TEMANMU SEIMAN”

FILEMON 1 : 8 – 22

  

PENDAHULUAN

Teman adalah seseorang yang selalu siap memberikan dukungan, berbagi waktu, cerita, dan emosi bersama kita. Mereka adalah orang-orang yang bisa kita percaya, yang membuat kita merasa nyaman, dan yang ada di samping kita di saat senang maupun susah, dari masa kecil hingga dewasa, seperti dari SD hingga kuliah. Teman seiman memiliki peran yang lebih dalam; mereka tidak hanya menemani dalam ibadah, tetapi juga menjadi penopang dan penyemangat dalam perjalanan hidup kita. Mereka hadir di segala situasi, baik suka maupun duka, dengan kasih dan pengertian yang tulus. Dalam iman, teman seiman mengingatkan kita untuk tetap kuat, melihat persoalan hidup dari sudut pandang yang lebih dalam, dan menyadarkan bahwa kita tidak pernah benar-benar sendirian.

Dalam ajaran iman Kristen, idealnya persekutuan tidak membedakan kelas sosial. Di tengah persekutuan ini, seorang teman seiman menjadi sahabat yang siap mendampingi kita menghadapi tantangan, mendengarkan tanpa menghakimi, dan mengingatkan pada nilai-nilai kekal. Mereka bukan sekadar sahabat, tetapi juga saudara dalam Kristus yang membawa harapan, memberikan semangat, dan menjadi penguat saat kita lemah. Mereka adalah orang-orang yang menunjukkan kasih lewat perbuatan, saling memberi dukungan, mendorong kita berkembang, dan menginspirasi untuk terus berbuat baik. Dalam ikatan persaudaraan yang terbentuk melalui iman, teman seiman mencerminkan kasih Tuhan. Mereka hadir bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk tujuan yang lebih besar—membantu kita menjadi pribadi yang lebih penuh kasih, sabar, dan pengampun. Teman seiman mengajarkan kita bahwa perjalanan iman adalah tentang memberi dan menerima kasih, saling menginspirasi, dan bersama-sama mencari kedamaian dalam Tuhan. Hal ini adalah nilai-nilai yang juga diajarkan Rasul Paulus kepada Filemon dalam hubungannya dengan Onesimus.

 

TAFSIR TEKS & IMPLIKASI

Surat Paulus kepada Filemon adalah cerita tentang hubungan antara seorang budak bernama Onesimus, Filemon, serta Rasul Paulus. Surat ini ditulis oleh Paulus sekitar tahun 60-62 Masehi ketika ia berada di penjara di Roma. Surat dari dalam penjara.

Surat ini khusus ditujukan kepada Filemon, seorang pemimpin jemaat di Kolose yang kaya dan dikenal sebagai pribadi yang beriman. Surat Filemon ditulis oleh Paulus kepada Filemon untuk memberi pertimbangan bagi Filemon dalam mengurus hambanya Onesimus yang telah melarikan diri. Masalah antara Onesimus dan Filemon dimulai saat Onesimus, seorang budak, melarikan diri dari Filemon dan kemungkinan mencuri sesuatu. Di Roma, Onesimus bertemu Rasul Paulus, yang membimbingnya menjadi Kristen. Paulus kemudian meminta Filemon mengampuni dan menerima Onesimus kembali, bukan sebagai budak, tetapi sebagai saudara seiman. Paulus juga siap menanggung kerugian yang mungkin disebabkan Onesimus, menunjukkan pentingnya kasih dan pengampunan dalam iman Kristen.

Ada 3 tokoh penting dalam narasi ini yang ingin menggiring kita memahami tentang ‘temanmu seiman’.

Paulus: Paulus tampil dengan karakter yang penuh kasih. Paulus menunjukkan kasih yang besar, baik kepada Filemon maupun Onesimus. Dia menginginkan yang terbaik bagi keduanya, dan suratnya penuh dengan nada kasih sayang dan perhatian. Paulus juga menggunakan pendekatan yang lembut dan menghormati, tidak memerintahkan Filemon, tetapi memohon dengan rendah hati. Dia mengajak Filemon untuk mengambil keputusan yang benar atas dasar cinta, nilai kemanusiaan, etika kehidupan bukan kewajiban dan hukum semata.

Paulus menggunakan istilah “temanmu seiman”. Istilah ini digunakan untuk mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang harus juga dimiliki oleh Filemon sebagai seorang pengikut Kristus. Dalam iman yang demikian, Filemon diminta untuk menerima kembali Onesimus dalam kasih, sekalipun ia adalah seorang hamba yang telah melarikan diri. “Temanmu seiman” menegaskan inti iman Kristen itu sendiri. Menjadi seorang Kristen yang adalah pengikut Kristen maka orang tersebut harus mengasihi dan menerima seorang dengan yang lain didasarkan atas dasar kasih.

Dalam pembacaan ini, karakter Onesimus tampak berkembang dari seorang budak yang bermasalah menjadi pribadi yang berubah setelah menerima iman Kristen. Ada penyesalan dan kerendahan hati dalam menghadapi masalah yang terjadi. Onesimus melarikan diri dari Filemon, mungkin juga mencuri, namun pertemuannya dengan Paulus menunjukkan bahwa ia menyadari kesalahannya. Ia bersedia kembali dan memperbaiki hubungan dengan Filemon, yang menunjukkan kerendahan hati dan sikap penyesalannya. Masalah yang terjadi akan selesai ketika kita menghadapinya dengan sadar diri dan mau berbenah.

Berani dan Bertanggung Jawab: Keputusan untuk kembali ke Filemon, bahkan dengan risiko besar (mungkin saja akan dibunuh), namun ia menunjukkan keberanian dan kesediaannya untuk bertanggung jawab atas masa lalunya. Menghadapi masalah dengan berani dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.

Mau Belajar dan Berubah: Setelah bertemu Paulus, Onesimus menerima ajaran Kristen dan mengalami transformasi/perubahan hidup. Ia menjadi pribadi yang bermanfaat dan membantu Paulus dalam pelayanannya, menunjukkan pertumbuhan dalam iman dan karakter.

Dalam pembacaan ini, karakter Filemon tampak sebagai seorang yang beriman, berpengaruh, dan terbuka untuk belajar serta mengampuni. Filemon adalah seorang Kristen yang dikenal oleh Paulus sebagai orang beriman. Ia memimpin jemaat di rumahnya di Kolose dan dikenal karena kasih serta kesetiaannya dalam melayani Tuhan dan jemaat.

Murah Hati: Sebagai tuan rumah bagi jemaat, Filemon menunjukkan kemurahan hati dan keterbukaan, menyediakan rumah sebagai tempat ibadah bagi orang lain. Pemaaf: Dalam suratnya, Paulus berharap Filemon akan mengampuni Onesimus dan bersedia kembali menjadi saudara seiman. Sikap ini menunjukkan harapan bahwa Filemon adalah pribadi yang mampu memaafkan dan menaruh kasih, melampaui kesalahan dan batasan sosial. Terbuka untuk Perubahan: Paulus mendorong Filemon untuk melihat Onesimus bukan lagi sebagai budak, tetapi sebagai saudara. Harapan Paulus ini menunjukkan bahwa Filemon memiliki potensi untuk belajar, berkembang, dan memandang sesama dalam terang kasih Kristus.

Penuh Kasih dalam Hubungan: Paulus menyebut Filemon sebagai “teman kerja” dan “kawan seiman,” yang menunjukkan hubungan mereka yang dekat dan saling menghormati. Filemon dipandang sebagai orang yang penuh kasih dalam hubungan-hubungan di sekitarnya.

Ungkapan “temanmu seiman” tidak saja menjadi sapaan Paulus kepada Filemon yang betul-betul sahabat seimannya, tetapi juga menjadi cara untuk menegaskan bahwa cara hidup orang-orang bersaudara dalam iman adalah cara hidup yang saling menolong, menerima, dan mengampuni di atas dasar kasih Kristus sebagai ikatan yang senantiasa mempersatukan. “Temanmu seiman” adalah dia yang akan selalu memberi dirinya untuk diperdamaikan di atas dasar kasih Kristus dan hidup dalam perdamaian seorang dengan yang lain.

Kasih yang Menerima dan Mengampuni: Pembacaan kita saat ini, mengajarkan kita berefleksi bahwa pentingnya mengampuni kesalahan sesama saudara seiman, terlepas dari latar belakang atau masa lalu mereka. Seperti halnya Paulus meminta Filemon menerima Onesimus dengan hati yang penuh kasih, tanpa menghakimi, dan tidak lagi memandangnya sebagai budak, melainkan sebagai saudara. Supaya dalam persekutuan sebagai orang muda Kristen, kita mampu menerima orang lain sebagai saudara seiman.

Kesetaraan di Dalam Kristus: Pembacaan kita juga menekankan pengajarkan bahwa dalam iman Kristen, setiap orang setara dengan saudara, tidak peduli status sosial, pekerjaan, atau masa lalunya. Onesimus, yang tadinya hanya dianggap budak, kini dihargai sebagai saudara. Ini mengajarkan pentingnya menghargai semua orang sebagai anggota keluarga rohani yang sama. Setara dalam hubungan sebagai orang muda. Tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Dihadapan Kristus kita semua sama.

Kerelaan untuk Berdamai: Paulus menekankan nilai rekonsiliasi dan mendamaikan hubungan yang rusak. Dalam pertemanan seiman, diharapkan setiap orang rela membangun kembali hubungan yang terganggu dan memberi kesempatan bagi orang lain untuk berubah. Teguran yang nyata lebih baik daripada kasih yang tersembunyi.

Menginspirasi untuk Menjadi Lebih Baik: Pembacaan kita ini juga menginspirasi kita untuk mendukung pengobatan dan perubahan positif/baik dalam diri saudara kita. Onesimus yang dulunya “tidak berguna” kini menjadi “berguna” bagi Paulus, dan Filemon terdorong untuk mengakui perubahan itu dengan menerima Onesimus kembali. Beri ruang untuk seseorang berubah kearah yang baik, saling menasihati dan juga menegur, bukan menjatuhkan dan mendiskriminasi orang yang bersalah.

 

PENUTUP

Refleksi dari Surat Paulus kepada Filemon memberikan kita wawasan yang mendalam tentang bagaimana iman Kristen dapat membentuk hubungan yang penuh kasih, penerimaan, dan pengampunan. Paulus menunjukkan bahwa kasih dalam Kristus melampaui status, masa lalu, atau kesalahan, dan mengundang kita untuk memperlakukan sesama dengan kerendahan hati dan kesediaan untuk berdamai.

Surat ini mengajarkan bahwa iman sejati diwujudkan dalam tindakan nyata: mengampuni, menerima kembali, dan menghargai setiap orang sebagai anggota keluarga Allah. Sebagai saudara seiman, kita diajak untuk membangun hubungan yang didasarkan pada kasih, menghargai pertobatan, dan mendukung perubahan positif dalam hidup sesama.

Penutupnya mengingatkan kita bahwa persaudaraan seiman bukan hanya soal ibadah bersama, tetapi juga komitmen untuk saling mendukung dan menumbuhkan satu sama lain dalam kasih Kristus. Seperti Paulus, Filemon, dan Onesimus, kita semua memiliki panggilan untuk hidup dalam kedamaian dan kasih yang menyatukan, melampaui perbedaan atau masa lalu kita. Amin.

 

KHOTBAH IBADAH PEMUDA: BULAN KELUARGA

Pemuda GMIT Pohonitas Manulai 2 Wilayah 3

Marcel C. S. Laisbuke

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA KUAT SEPERTI MAUT: Sebuah Refleksi dari Kitab Kidung Agung dan Relevansinya bagi Kaum Muda yang Gagal Move On

PEMERINTAH ADALAH HAMBA ALLAH UNTUK KEBAIKAN

IMAN SEBAGAI LANDASAN MENTAL YANG KUAT: Sebuah Refleksi Kisah Hidup Ayub dan Relevansinya terhadap Kehidupan Mental Orang Muda Masa Kini