FILSAFAT KEMERDEKAAN & KESEJAHTERAAN: 
Eksplorasi Pemikiran John Stuart Mill dalam Konteks Agama

 MARSEL C. S. LAISBUKE || marsellaisbuke@gmail.com

 

John Stuart Mill (selanjutnya Mill), dengan ide-idenya tentang kebebasan dan utilitarianisme, memberikan salah satu sumbangan paling penting dalam pemikiran Barat tentang kemerdekaan. John Stuart Mill (1806-1873) adalah salah satu filsuf, ekonom, dan tokoh intelektual paling berpengaruh pada abad ke-19. Ia terkenal karena kontribusinya dalam filsafat politik, ekonomi, dan etika, serta dianggap sebagai salah satu pendukung utama liberalisme klasik.

 

KEHIDUPAN AWAL DAN PENDIDIKAN

John Stuart Mill lahir pada 20 Mei 1806 di London, Inggris. Ia adalah anak dari James Mill, seorang filsuf dan ekonom Skotlandia yang juga merupakan pengikut utama dari filsafat utilitarianisme yang dipelopori oleh Jeremy Bentham. Mill menerima pendidikan yang sangat ketat sejak usia dini. Ayahnya, yang memiliki pandangan pendidikan yang sangat serius, mendidiknya di rumah dan memastikan bahwa Mill memiliki kurikulum yang sangat padat, termasuk belajar bahasa Yunani pada usia 3 tahun dan Latin pada usia 8 tahun. Pada usia 12 tahun, Mill sudah mempelajari logika, filsafat, dan ekonomi politik.

 

KRISIS MENTAL DAN PEMULIHAN

Pada usia 20 tahun, Mill mengalami krisis mental yang disebabkan oleh tekanan besar akibat pendidikan intensif yang diterimanya. Dia merasa kehilangan tujuan dalam hidupnya, karena telah didorong untuk selalu mencapai pencapaian intelektual sejak usia dini. Untuk memulihkan diri, Mill mulai tertarik pada puisi dan seni, khususnya karya-karya dari penulis Romantis seperti William Wordsworth. Karya-karya ini membantu Mill menemukan sisi emosional dan estetika dalam kehidupannya, yang menjadi bagian penting dari pandangannya di kemudian hari.

 

KARIER DAN KARYA

Mill menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja di East India Company, di mana ia menjabat berbagai posisi penting dari tahun 1823 hingga 1858. Meskipun pekerjaannya di perusahaan ini cukup menuntut, ia tetap produktif dalam bidang intelektual dan menulis banyak karya penting. Beberapa karya utamanya meliputi:

1. System of Logic (1843); Sebuah buku tentang logika dan metodologi ilmiah yang mendefinisikan banyak prinsip dasar filsafat sains.

2. Principles of Political Economy (1848); Salah satu buku teks ekonomi paling berpengaruh di abad ke-19, di mana Mill menggabungkan prinsip-prinsip utilitarianisme dengan teori ekonomi klasik.

3. On Liberty (1859); Sebuah esai terkenal tentang kebebasan individu dan batasan kekuasaan pemerintah, di mana Mill mengembangkan konsep "Prinsip Harm" yang menyatakan bahwa kekuasaan hanya boleh digunakan untuk mencegah kerugian terhadap orang lain.

4. Utilitarianism (1863); Sebuah esai yang menjelaskan dan mempertahankan prinsip utilitarianisme, yang merupakan teori moral yang berpendapat bahwa tindakan yang benar adalah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang yang paling banyak.

5. The Subjection of Women (1869); Sebuah karya penting dalam sejarah feminisme, di mana Mill berargumen untuk kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.

 

KEHIDUPAN PRIBADI

Mill menikah dengan Harriet Taylor pada tahun 1851, seorang wanita yang sangat dia kagumi baik secara intelektual maupun emosional. Taylor memainkan peran penting dalam pengembangan pemikiran Mill, terutama dalam isu-isu terkait kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Hubungan mereka sangat berpengaruh terhadap pandangan Mill tentang berbagai isu sosial.

Mill meninggal pada 8 Mei 1873 di Avignon, Prancis. Warisannya dalam filsafat politik, etika, dan ekonomi tetap hidup hingga saat ini. Ia dihormati sebagai salah satu tokoh paling penting dalam tradisi liberalisme, dan pemikirannya terus memengaruhi diskusi tentang hak-hak individu, kebebasan, dan keadilan sosial. Karyanya juga dianggap sebagai landasan penting dalam perkembangan filsafat modern dan ilmu sosial.

 

FREE WILL & THE GREATEST HAPPINESS PRINCIPLE

John Stuart Mill dalam bukunya On Liberty (1859) menekankan pentingnya kebebasan individu. Menurutnya, kebebasan adalah hak dasar yang harus dilindungi dalam masyarakat. Setiap orang berhak menjalani hidup sesuai keinginannya, selama tidak merugikan orang lain. Prinsip “Harm” yang dia ajukan berarti kebebasan seseorang hanya bisa dibatasi jika tindakannya bisa membahayakan orang lain. Jadi, jika tindakan seseorang hanya berdampak pada dirinya sendiri, pemerintah atau masyarakat tidak boleh ikut campur. Prinsip ini menjadi dasar bagi banyak pandangan modern tentang hak individu dan kebebasan sipil. Mill juga membedakan antara kebebasan bertindak dan kebebasan berpikir, dan menurutnya, kebebasan berpikir serta berekspresi sangat penting untuk kemajuan manusia karena memungkinkan masyarakat untuk terus berkembang dan memperbaiki keyakinan mereka.

Mill juga seorang penganut utilitarianisme, yang artinya dia percaya bahwa tindakan yang benar adalah yang memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Namun, dia juga menekankan bahwa kebebasan individu tidak boleh dikorbankan demi kebahagiaan bersama kecuali ada bahaya nyata bagi orang lain. Pandangan Mill tentang kebebasan masih relevan hingga kini, terutama dalam diskusi tentang hak-hak individu, batasan kekuasaan pemerintah, dan kebebasan sipil. Meskipun Mill tidak terlalu banyak membahas soal takdir atau kehendak bebas, dia lebih fokus pada hasil tindakan daripada alasan di balik tindakan tersebut. Dalam hal ini, Mill mungkin menyadari bahwa faktor-faktor seperti lingkungan dan pendidikan bisa mempengaruhi pilihan seseorang, tapi dia tetap menekankan pentingnya kebebasan individu dalam membuat keputusan.

Mill tidak secara langsung membahas konflik antara kehendak bebas dan prinsip kebahagiaan terbesar, tapi kita bisa memahami bagaimana kedua ide ini berhubungan dalam pemikirannya. Mill sangat menekankan pentingnya kebebasan individu. Bagi Mill, kebebasan ini termasuk hak setiap orang untuk memilih dan bertindak sesuai keinginannya sendiri. Kebebasan ini merupakan bagian penting dari pandangannya tentang hak-hak individu. Prinsip Kebahagiaan Terbesar (The Greatest Happiness Principle) adalah dasar dari utilitarianisme, yang menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Jadi, keputusan atau tindakan harus dinilai berdasarkan seberapa banyak kebahagiaan yang dihasilkan dan seberapa banyak penderitaan yang dikurangi.

Hubungan Antara Kehendak Bebas dan Prinsip Kebahagiaan Terbesar sebagai Alat untuk Kebahagiaan. Mill percaya bahwa kebebasan individu adalah cara penting untuk mencapai kebahagiaan. Dengan memberikan orang kebebasan untuk memilih, mereka bisa mengejar apa yang membuat mereka bahagia, dan ini bisa meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan. Meski Mill mendukung kebebasan, dia juga mengakui bahwa kebebasan bisa dibatasi jika tindakan seseorang bisa membahayakan orang lain. Dalam hal ini, prinsip kebahagiaan terbesar digunakan untuk membenarkan pembatasan kebebasan jika itu diperlukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

 Dalam pandangan Mill, kebebasan individu sangat penting, tetapi tidak mutlak. Kebebasan ini harus berkontribusi pada kesejahteraan umum. Jadi, kehendak bebas adalah bagian penting dari cara mencapai kebahagiaan terbesar, tapi bisa dibatasi jika bertentangan dengan kesejahteraan orang banyak. Mill melihat kehendak bebas dan prinsip kebahagiaan terbesar sebagai dua hal yang saling melengkapi, bukan bertentangan. Kebebasan individu adalah cara untuk mencapai kebahagiaan terbesar, tetapi bisa dibatasi jika kebebasan itu merugikan kesejahteraan umum. Bagi Mill, tindakan yang menghormati kebebasan sambil tetap memaksimalkan kebahagiaan bersama adalah tindakan yang benar.

Setiap orang berhak mengungkapkan pendapatnya, bahkan jika pandangan itu kontroversial. Kebebasan berbicara membantu masyarakat berdiskusi dan memahami berbagai pandangan, yang bisa meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun, jika kebebasan berbicara menyebabkan ujaran kebencian yang membahayakan orang lain, maka batasan mungkin diperlukan untuk melindungi kesejahteraan umum. Orang bebas memilih karier, hobi, dan gaya hidup sesuai keinginan mereka. Dengan kebebasan ini, mereka bisa mengejar kebahagiaan dan kepuasan pribadi. Namun, jika pilihan seseorang merugikan orang lain (misalnya, karier yang berdampak negatif pada orang lain), masyarakat mungkin perlu mempertimbangkan batasan untuk melindungi kesejahteraan umum.

Orang juga bebas memilih jenis pendidikan atau keterampilan yang ingin mereka pelajari. Kebebasan ini memungkinkan individu mengejar minat mereka, yang dapat meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan pribadi serta kemajuan masyarakat. Namun, jika akses pendidikan tidak merata dan menyebabkan ketidakadilan, perlu ada upaya untuk memastikan akses pendidikan yang lebih adil bagi semua orang. Mill menunjukkan bahwa kebebasan individu bisa meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan jika digunakan dengan bijaksana, tetapi juga harus ada batasan jika kebebasan tersebut mengancam kesejahteraan umum. 

Dalam banyak agama, kehendak bebas dianggap sebagai anugerah dari Tuhan yang memberi manusia kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan. Ini berarti tindakan kita memiliki makna moral karena kita bisa memilih untuk mengikuti atau menolak ajaran Tuhan. Sementara itu, prinsip kebahagiaan terbesar sering dianggap sebagai tujuan akhir hidup. Beberapa agama melihat kebahagiaan sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk kita, yang dicapai melalui kehidupan yang saleh. Dalam pandangan ini, mencari kebahagiaan pribadi bisa sejalan dengan mengikuti ajaran agama. Namun, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa kebahagiaan individu harus dipertimbangkan bersama dengan kebaikan umum atau kehendak Tuhan. Dalam beberapa ajaran, etika agama mungkin lebih menekankan ketaatan dan moralitas daripada hanya mengejar kebahagiaan pribadi. Misalnya, dalam Buddhisme, tujuan utama adalah mencapai pencerahan, meskipun kebahagiaan juga penting. Secara keseluruhan, dalam banyak tradisi agama, kehendak bebas dan pencapaian kebahagiaan saling berhubungan, tetapi harus dipahami dalam konteks moral dan spiritual yang lebih luas.

Dalam perspektif Alkitab, konsep kehendak bebas dan prinsip kebahagiaan terbesar dapat dipahami melalui ajaran mengenai kebebasan manusia dalam membuat keputusan moral dan dampaknya terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat. Pandangan ini menawarkan interpretasi yang berbeda dibandingkan dengan utilitarianisme Mill. Alkitab mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas, yaitu kemampuan untuk membuat keputusan moral secara independen. Sebagai contoh, dalam Kitab Kejadian, Tuhan memberikan Adam dan Hawa kebebasan untuk memilih antara mematuhi atau melanggar perintah-Nya. Pilihan mereka untuk memakan buah terlarang mengilustrasikan bagaimana kehendak bebas berfungsi dan dampak dari keputusan tersebut terhadap umat manusia.

Selain itu, kehendak bebas dikaitkan dengan tanggung jawab dan akuntabilitas. Alkitab menggarisbawahi bahwa setiap individu bertanggung jawab atas pilihan mereka dan diharapkan untuk membuat keputusan yang sesuai dengan perintah Tuhan. Keputusan-keputusan ini mempengaruhi tidak hanya hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan tetapi juga hubungan mereka dengan sesama. Dari sudut pandang Alkitab, kebahagiaan atau kesejahteraan tidak diukur semata-mata berdasarkan jumlah orang yang bahagia, tetapi lebih pada ketaatan terhadap Tuhan dan prinsip-prinsip-Nya. Misalnya, dalam Injil Matius, Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari hidup sesuai dengan ajaran-Nya, seperti kerendahan hati, belas kasih, dan perdamaian. Lebih lanjut, Alkitab menekankan bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Dalam Injil Markus, Yesus mengajarkan dua perintah utama: mencintai Tuhan dan mencintai sesama seperti diri sendiri. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan berasal dari tindakan cinta dan pelayanan kepada orang lain, bukan hanya dari pencarian kebahagiaan pribadi.

Dalam konteks Alkitab, kehendak bebas diharapkan digunakan dengan bijaksana untuk membuat pilihan yang sesuai dengan ajaran Tuhan. Pilihan-pilihan yang berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab diharapkan dapat menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih mendalam, baik untuk individu maupun masyarakat. Kesejahteraan dalam pandangan Alkitab tidak hanya bersifat individual tetapi juga kolektif. Prinsip-prinsip seperti keadilan, kasih, dan kepedulian terhadap orang lain berperan penting dalam membangun komunitas yang sehat dan bahagia. Pilihan individu yang selaras dengan prinsip-prinsip ini dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dari perspektif Alkitab, kehendak bebas dan prinsip kebahagiaan terbesar saling terkait dalam cara yang mendalam. Kehendak bebas memungkinkan individu untuk membuat pilihan moral, sedangkan prinsip kebahagiaan terbesar menekankan bahwa kebahagiaan sejati dicapai melalui ketaatan kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Penggunaan kebebasan untuk memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran Tuhan dapat mengarah pada kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih luas dan mendalam, baik bagi individu maupun masyarakat.

 

KESIMPULAN

John Stuart Mill, dengan pandangannya yang mendalam tentang kebebasan individu dan prinsip utilitarianisme, memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran Barat mengenai kemerdekaan. Mill menekankan pentingnya kebebasan pribadi dan hak individu untuk memilih jalannya sendiri, dengan batasan yang hanya diterapkan untuk mencegah bahaya kepada orang lain. Karya-karya Mill, termasuk On Liberty dan Utilitarianism, menunjukkan bagaimana kebebasan dan kebahagiaan dapat saling mendukung, dengan kebebasan individu dianggap sebagai sarana penting untuk mencapai kebahagiaan terbesar bagi banyak orang.

Di sisi lain, perspektif Alkitab menawarkan pandangan yang berbeda namun saling melengkapi mengenai kehendak bebas dan kebahagiaan. Dalam Alkitab, kehendak bebas diartikan sebagai anugerah dari Tuhan, yang memungkinkan manusia untuk membuat keputusan moral yang memiliki makna dan tanggung jawab. Kebahagiaan, menurut ajaran Alkitab, lebih berkaitan dengan ketaatan kepada Tuhan dan kasih kepada sesama daripada sekadar pencapaian pribadi. Oleh karena itu, kehendak bebas dan prinsip kebahagiaan terbesar dalam konteks Alkitab saling terkait, dengan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari hidup yang sesuai dengan ajaran Tuhan dan prinsip moral yang lebih luas.

 

 

“Kebebasan individu adalah jalan menuju kebahagiaan terbesar, tetapi harus selalu dibimbing oleh prinsip bahwa kebebasan tersebut tidak boleh merugikan orang lain.

— John Stuart Mill

 

“Kebahagiaan sejati ditemukan dalam ketaatan kepada Tuhan dan kasih kepada sesama; ini adalah esensi dari kehidupan yang benar dan penuh makna.”

— Injil Matius & Markus

 

MARSEL LAISBUKE

TABUN, 15 AGUSTUS 2024

Komentar

  1. Thanks penulis. Sudah membawa kita untuk mencoba menjalani hidup dengan definisi "bebas asal sopan". Karena bebas yg sopan sesuai ajaran Alkitab akan mendatangkan kebahagiaan. Terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA KUAT SEPERTI MAUT: Sebuah Refleksi dari Kitab Kidung Agung dan Relevansinya bagi Kaum Muda yang Gagal Move On

PEMERINTAH ADALAH HAMBA ALLAH UNTUK KEBAIKAN

IMAN SEBAGAI LANDASAN MENTAL YANG KUAT: Sebuah Refleksi Kisah Hidup Ayub dan Relevansinya terhadap Kehidupan Mental Orang Muda Masa Kini